Trump Melunak Soal Tarif, Kurs Rupiah Balik Menguat usai Hampir Ambruk ke Rp17 Ribu

JAKARTA – Skor tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (USD) ditutup menguat 49,5 poin atau 0,29% ke level Rp16.823 per dolar Amerika Serikat pada perdagangan Kamis (10/4/2025). Penguasaan ini terjadi pasca sebelumnya rupiah mengalami tekanan akibat sentimen global juga domestik, teristimewa terkait kebijakan tarif impor baru Amerika Serikat .
Penguatan kurs rupiah juga terlihat pada data JISDOR BI (Bank Indonesia), dimana pada hari ini bertengger pada sikap Rp16.779 per USD. Mata uang rupiah jarak jauh lebih banyak baik dari sesi kemarin usai ambruk hingga Rp16.943 per USD.
Pengamat lingkungan ekonomi uang, Ibrahim Assuaibi mengatakan, bursa global menurunkan beberapa ekspektasi untuk resesi AS. Namun prospek ekonomi jangka pendek tetap saja tak pasti, dengan risalah rapat Federal Reserve bulan Maret menunjukkan para pembuat kebijakan gelisah berhadapan dengan kenaikan harga yang mana lebih besar tinggi juga perkembangan yang lebih lanjut lambat.
“Sementara perasaan khawatir akan resesi mereda pasca Trump mengumumkan perpanjangan 90 hari untuk memberlakukan putaran tarif timbal balik terbarunya, lingkungan ekonomi masih masih waspada terhadap program kebijakannya, teristimewa mengingat pembaharuan sikapnya baru-baru ini terkait tarif. Perang dagang yang tersebut meningkat dengan Tiongkok juga menghadirkan hambatan sektor ekonomi yang tersebut berkelanjutan bagi AS, mengingat negara yang dimaksud masih menjadi mitra dagang utama,” tulis Ibrahim di risetnya, Kamis (10/4/2025).
Perang dagang AS-China memanas, pasca Trump meningkatkan tarif Negeri Paman Sam terhadap negara yang disebutkan hingga 125 persen yang tersebut belum pernah terjadi sebelumnya. Beijing telah lama membalas tarif Trump pada hari Rabu dengan mengenakan tarif balasan sebesar 84 persen pada barang-barang Amerika.
Baik Washington maupun Beijing bukan menunjukkan niat untuk meredakan ketegangan, dengan pejabat Tiongkok bersumpah untuk “berjuang sampai akhir. Sedangkan dampak tarif Amerika Serikat yang dimaksud tinggi, menimbulkan ekspor China lebih banyak murah. Namun, perekonomian China menghadapi peningkatan hambatan dari tarif AS.
Data yang digunakan dirilis sebelumnya pada hari Kamis menunjukkan naiknya harga konsumen lalu produsen Tiongkok menyusut lebih tinggi dari yang diharapkan pada bulan Maret, yang mencerminkan beberapa dampak dari agresi perdagangan China-AS.
Dari sentimen domestik, geopolitik di tempat Timur Tengan kemudian Eropa yang tersebut semakin memanas dibarengi dengan genderang pertempuran dagang, dapat meningkatkan ketidakpastian perekonomian global yang mempengaruhi kegiatan ekonomi Indonesia, teristimewa pada fluktuasi nilai tukar rupiah.
Walaupun eksekutif dan juga Bank Indonesia terus melakukan intervensi di tempat pangsa guna untuk menstabilkan mata uangnya, namun pemerintahan serta BI punya keterbatasan di mengatasi ketidakpastian ekonomi.