Teknik & Strategi

Pesta Gol Penutup Tahun Analisis Taktik Brilian Liverpool Hajar West Ham 5-0!

Arnold Slot & Mikrotaktik Mautnya: Kunci Pesta Gol Liverpool

Liverpool menutup tahun 2024 dengan pesta gol yang tak tanggung-tanggung ke gawang West Ham. Tim asuhan Arnold Slot berhasil mencukur tuan rumah dengan skor telak 5-0 tanpa balas! Dalam pertandingan ini, sang pelatih asal Belanda sekali lagi menunjukkan kehebatannya dalam meracik mikrotaktik untuk membongkar pertahanan lawan yang rapat.

Kreativitas dan variasi set-play saat fase on-possession menjadi kunci keberhasilan Liverpool menciptakan banyak peluang. Total, mereka melepaskan 22 tembakan ke gawang West Ham, dengan beberapa di antaranya merupakan big chance, dan berhasil mengkonversi lima gol dari total expected goals (xG) 3.09. Penasaran bagaimana jalannya laga dari segi taktik? Mari kita kupas tuntas!

Duel Formasi: Lopetegui vs. Slot

West Ham di bawah asuhan Julen Lopetegui turun dengan formasi 4-2-3-1. Jarrod Bowen diplot sebagai penyerang tengah, dengan Emerson Palmieri (bek kiri asli) bergeser menjadi winger. Di lini tengah, ada Lucas Paquetá, Edson Álvarez, dan Carlos Soler.

Sementara itu, Liverpool dengan Arnold Slot juga menggunakan formasi 4-2-3-1. Mohamed Salah tak tergantikan di winger kanan, dan sepertinya Slot mulai mempermanenkan posisi Luis Diaz sebagai false nine serta Cody Gakpo di posisi winger kiri. Di lini tengah, Curtis Jones bermain sebagai playmaker nomor 10, didampingi Ryan Gravenberch dan Alexis Mac Allister sebagai double pivot.

Mengurai Pertahanan West Ham: Variasi Build-up Liverpool yang Cerdik

Saat membangun serangan, Liverpool menghadapi block press ketat dari West Ham yang berfokus pada man-to-man marking terhadap kedua pivot, Mac Allister dan Gravenberch. Namun, Liverpool tak kehabisan akal! Mereka melakukan beberapa variasi build-up cerdik untuk mengeliminasi tekanan West Ham:

Inverted Fullback Tren Alexander-Arnold: Di menit-menit awal, kita melihat Alexander-Arnold memainkan peran inverted fullback, bergerak ke lini tengah sebagai gelandang ekstra bersama dua pivot. Ini menambah opsi passing dan membingungkan lini tengah lawan.

Pemain Depan Melebar sebagai Outlet: Variasi build-up lain melibatkan dua pemain depan yang bergerak melebar untuk menyediakan outlet progresi di koridor sayap. Curtis Jones bergerak melebar ke sisi kanan, sementara Luis Diaz (sebagai false nine) melebar ke sisi kiri. Terlihat Diaz mencoba mengekspos ruang kosong di sayap kiri, sementara Gakpo “mengikat” bek kanan lawan. Jones, yang didorong bermain lebih ke depan, difungsikan sebagai pemain yang akan mengikat bek lawan, mencegah mereka mengikuti pergerakan Diaz.

Setelah sempat tertahan hingga menit ke-30, Liverpool akhirnya memecah kebuntuan dengan skema ini. Terlihat Luis Diaz di ruang antar lini dan Curtis Jones yang mengikat bek lawan. Keberadaan Andrew Robertson yang melakukan invert dan mengikat satu pemain West Ham di lini kedua, bersama Jones, berhasil membebaskan Luis Diaz di ruang antar lini. Diaz menerima umpan dari Alexander-Arnold, langsung membalikkan badan menghadap gawang, dan meskipun bolanya sempat dihalau, ia berhasil menyelesaikannya sendiri untuk membuka keunggulan The Reds!

Taktik Pivot Fleksibel dan Gol-gol Cantik

Variasi selanjutnya adalah mendorong Ryan Gravenberch untuk bergerak lebih naik. Hal ini dilakukan untuk menarik pemain lawan yang menjaganya, memberikan keleluasaan bagi Alexis Mac Allister untuk memainkan peran playmaker di lini tengah. Mac Allister, dengan keleluasaan ini, beberapa kali mengkreasikan peluang dengan melepaskan umpan-umpan berbahaya ke belakang garis pertahanan West Ham.

Gol kedua Liverpool bermula dari skema ini! Gravenberch bergerak naik, menarik pemain yang menjaganya, dan membuka jalur umpan kepada Mac Allister. Gelandang Argentina ini melepaskan long ball ke sisi kanan, di mana ada Salah dan Luis Diaz yang melakukan roaming. Diaz melakukan cutback ke Salah, terjadi kemelut, dan Salah dengan kemampuannya bermain di ruang sempit berhasil memberikan assist kepada Gakpo yang berada di posisi lebih menguntungkan untuk menembak. Liverpool unggul dua gol menjelang turun minum!

Gol ketiga The Reds memperlebar keunggulan dan menunjukkan kehebatan counter-press Liverpool. Gol ini bermula dari keberhasilan Liverpool menggagalkan counter-attack lawan. Saat Soler menguasai bola, Luis Diaz melakukan gangguan, sementara Gakpo dan Mac Allister mempersempit ruang. Bola berhasil direbut dan langsung dikonversi menjadi serangan balik cepat di area pertahanan West Ham. Curtis Jones di ruang antar lini memberikan assist, dan peluang tersebut diselesaikan dengan apik oleh Mohamed Salah melalui tembakan ke tiang dekat.

Pada babak kedua, peran inverted fullback yang dimainkan Tren Alexander-Arnold baru membuahkan hasil. Terlihat ia yang berada di tengah sangat leluasa karena West Ham menerapkan block pertahanan yang rendah. Tak lama setelah menerima umpan, Alexander-Arnold langsung melepaskan tembakan dari luar kotak penalti. Bola sempat membentur bek West Ham dan berubah arah, membuat Areola mati langkah. Unggul empat gol dengan sisa waktu yang masih banyak memberikan keuntungan bagi Liverpool untuk melakukan rotasi.

Kokohnya Pertahanan dan Bola Mati yang Mematikan

Selain memiliki variasi saat fase on-possession, Liverpool juga bermain solid saat fase out-of-possession atau tanpa bola. Liverpool menerapkan block press berbasis man-to-man marking untuk menghambat pembangunan serangan West Ham. Salah dan Diaz menjadi pressure di depan untuk menekan center-back, dan di tengah, Curtis Jones melakukan marking gelandang bertahan lawan.

Liverpool akan meningkatkan intensitas pressing mereka ketika ada trigger atau pemicu, salah satunya saat kiper mengumpan ke center-back. Terlihat begitu umpan dilepaskan, block press Liverpool langsung menekan untuk mempersempit ruang dan menutup opsi umpan terdekat. Dengan pressing ini, The Reds berhasil membuat West Ham tidak nyaman saat build-up dan memaksa mereka melepaskan long ball ke depan. Pemain Liverpool di belakang pun sigap dalam melakukan duel untuk memenangkan bola long ball tersebut. Praktis, di laga ini West Ham tidak banyak berbicara; mereka hanya melepaskan tujuh tembakan dengan xG hanya 0.32 dan satu tembakan membentur mistar.

Menjelang laga berakhir, Liverpool memantapkan kemenangannya dengan gol dari serangan balik cepat yang diinisiasi oleh Mohamed Salah dan diselesaikan dengan apik oleh Diogo Jota.

Satu hal lagi yang menarik dari Liverpool adalah skema bola mati atau set-piece mereka. Terlihat anak asuh Arnold Slot menerapkan pola saat tendangan sudut dengan pemain yang berkumpul di satu area dan bergerak ke tengah untuk menciptakan situasi chaos. Pada momen lain, Liverpool menempatkan lima pemain di tiang jauh yang akan bergerak maju saat crossing dilepaskan. Sekilas, cara ini mirip dengan Arsenal, namun bedanya Liverpool tidak melakukan gangguan terhadap kiper lawan.

Skor 0-5 bertahan hingga akhir. Liverpool menang telak sekaligus memantapkan posisinya sebagai juara paruh musim, terpaut angka dari peringkat kedua dengan masih menyisakan satu laga yang belum dimainkan.

Related Articles

Back to top button