Duel Sengit Copa del Rey Barcelona vs. Atletico Berakhir Imbang Penuh Gol!

Awal Badai Atletico: Gol Cepat dan Respon Kilat Barca
Pertandingan dimulai dengan kejutan besar. Atletico Madrid berhasil mencuri dua gol cepat di menit-menit awal. Gol pertama lahir dari skema set piece: Julian Alvarez dengan cerdik menyontek bola hasil sundulan Clement Lenglet. Tak lama berselang, serangan balik cepat yang diinisiasi oleh Alvarez berlanjut dengan umpan akurat ke Antoine Griezmann, yang dengan tenang mengkonversinya menjadi gol.
Namun, Hansi Flick tak tinggal diam. Ia segera mengaktifkan mode menyerang total. Barcelona mengambil alih kendali permainan, mendominasi penguasaan bola dan mencatatkan expected goals (xG) yang tinggi. Luar biasanya, mereka berhasil membalikkan keadaan di babak pertama dengan mencetak tiga gol balasan!
Pertahanan rapat Atletico berhasil ditembus oleh kombinasi apik Lamine Yamal dan Jules Kounde. Cutback Kounde diselesaikan dengan manis oleh Pedri. Dua gol lainnya tercipta melalui skema set piece yang brilian, di mana Pau Cubarsi dan Inigo Martinez mengekspos tiang jauh Atletico dengan sangat efektif.
Analisis Taktik: Formasi dan Strategi Kedua Tim
Secara formasi, Barcelona turun dengan skema 4-2-3-1. Pedri dan Frenkie de Jong mengisi posisi double pivot di lini tengah. Robert Lewandowski memulai dari bangku cadangan, dengan Ferran Torres mengisi posisi penyerang nomor 9. Dani Olmo menopang di belakangnya, diapit Raphinha dan Lamine Yamal.
Sementara itu, Atletico Madrid tampil dengan formasi dasar 4-4-2 hybrid yang bisa berubah menjadi lima bek saat bertahan. Giuliano Simeone dan Conor Gallagher menempati posisi sayap, dengan Barrios dan De Paul di lini tengah, menopang duo penyerang Griezmann dan Alvarez.
Atletico dalam Mode Bertahan:
Saat tanpa bola, Atletico di bawah asuhan Diego Simeone menampilkan shape 4-4-2 di medium block. Namun, shape ini akan bertransformasi menjadi 5-4-1 ketika bertahan di low block. Griezmann akan mengisi pos sayap kanan, sementara Simeone turun ke garis pertahanan. Yang menarik adalah bagaimana mereka menjaga ruang antarlini tetap rapat, dengan garis belakang yang lebih naik namun tetap sigap jika ruang di belakang terekspos.
Strategi bertahan 4-4-2 ini, dengan garis pertahanan yang tidak mudah turun, digunakan Atletico untuk memberikan tekanan dengan trigger tertentu, seperti yang terlihat pada gol kedua mereka. Shape 4-4-2 masih digunakan, memungkinkan Alvarez tidak terlalu dalam dan bisa membaca trigger tekanan. Pemain ini tak terkejar, mengirimkan umpan akurat ke Griezmann yang dengan dingin menyelesaikan peluang.
Problem Klasik Barcelona: Hilang Fokus di Momen Krusial
Gol pertama Atletico tercipta dari situasi sepak pojok pendek, di mana hanya satu pemain Barcelona menghadapi dua pemain Atletico di dalam kotak. Julian Alvarez berhasil lepas dari marking dan menyontek bola hasil sundulan Clement Lenglet.
Barcelona memulai laga dengan buruk, dan ini bukan kali pertama mereka kehilangan fokus dalam waktu singkat. Sebelumnya, mereka kebobolan dua gol dalam delapan menit melawan Benfica di UCL, dua gol dalam 12 menit versus Atalanta, dan dua gol dalam 10 menit melawan Osasuna. Masalah kurangnya fokus ini memang kerap menyulitkan mereka.
Namun, di babak pertama ini, Pedri dan kawan-kawan mampu membalikkan keadaan. Karena sudah unggul, Atletico bermain sangat dalam, dan Barcelona merespons dengan menyerang sangat tinggi. Terlihat dua bek tengah mereka sampai masuk jauh melewati garis tengah.
Taktik Serangan Barcelona: Mengandalkan Mobilitas Yamal dan Set Piece
Ide taktik Barcelona yang paling merepotkan ada di sisi Lamine Yamal, guna menciptakan situasi satu lawan satu dengan dukungan dari fullback Cancelo. Barcelona banyak menggunakan shape dua centerback satu defensive midfielder di belakang agar fullback bisa naik dan menciptakan lebar lapangan melalui winger serta fullback mereka.
Yamal sering disokong oleh Kounde, yang diberi lisensi lebih menyerang. Dukungan fullback kanan ini bertujuan untuk memecah marking fullback serta winger kiri Atletico, Galan dan Gallagher. Pada momen ini, Yamal melakukan cut inside, namun Gallagher masih bisa merebutnya.
Situasi serupa menghasilkan tembakan pertama Barcelona dari overlap Kounde. Meski Gallagher sudah meng-cover Galan, Kounde membuka ruang untuk cut inside Yamal, menghasilkan tembakan yang meski melebar, menunjukkan potensi bahaya. Kemampuan Yamal dalam situasi satu lawan satu memang sangat merepotkan, hingga Galan diganjar kartu kuning.
Melalui skema yang mirip, gol pertama Barcelona tercipta. Kounde kembali memberikan dukungan, kali ini masuk ke dalam. Gallagher nampak melakukan pendekatan berbeda dengan menutup ruang untuk cut inside Yamal. Namun, wonderkid La Masia ini cerdas memilih umpan ke Kounde yang lepas dari marking Galan. Kounde berhasil masuk ke kotak penalti dan mengirimkan cutback ke ruang kosong, di mana Pedri siap menyambutnya.
Selain melalui sisi sayap, Barcelona juga kerap melakukan penetrasi melalui mobilitas pemainnya di celah antar pemain Atletico. Dengan determinasi dan kontrol apik, anak asuhan Flick mampu membalikkan keadaan melalui set piece.
Pada gol kedua, banyak pemain berlari ke tiang dekat guna memecah marking lawan, mengosongkan tiang jauh. Di sana, sudah ada Cubarsi yang memenangkan duel melawan Barrios. Tiang jauh menjadi target set piece Barcelona. Ini terlihat jelas pada gol ketiga, di mana area tersebut dikosongkan dan banyak pemain hanya menjadi pancingan saja dengan berlari ke tiang dekat. Inigo Martinez bisa lepas dari marking berkat screening yang dilakukan Cubarsi.
Babak Kedua: Atletico Bangkit, Barcelona Kehilangan Fokus Lagi
Di babak kedua, Atletico banyak bertahan lebih tinggi dan menggunakan shape 4-4-2 guna mendapatkan situasi satu lawan satu di sayap. Barcelona merespons dengan melakukan switch atau memindahkan serangan dari kiri ke kanan, memaksa pertahanan Atletico bergeser.
Cara yang sama digunakan untuk gol keempat tuan rumah. Diawali dari serangan di sisi kiri, kemudian diubah oleh Pedri ke kanan di mana Yamal berada. Pemain bernomor punggung 19 ini melakukan aksi individu untuk lepas dari marking dan berhasil mengirim umpan mendatar yang diselesaikan dengan baik oleh Robert Lewandowski.
Sayangnya, menjelang pertandingan berakhir, pasukan Blaugrana kembali kehilangan fokus, penyakit lama mereka kambuh. Melalui serangan cepat, Julian Alvarez mengekspos ruang terbuka. Ketika Kounde melebar, ia diikuti Cubarsi yang membuat celah kembali terbuka dan dimanfaatkan Correa. Banyak pemain belakang tersedot saat Correa membawa bola ke pinggir, sehingga terbuka ruang di depan. Pedri sebagai gelandang juga terpancing, yang membuat Llorente cukup bebas, meski Gavi sudah mencoba memblok tendangannya.
Di menit akhir, Atletico mendapat kendali permainan yang lepas dari lawannya. Barcelona membuat satu kesalahan yang hampir berbuah gol. Mengandalkan serangan balik kilat, Correa gagal menyelesaikan peluang. Dan akhirnya, pada menit injury time, Atletico mampu mengekspos garis tinggi Barcelona melalui serangan langsung mereka.
Cubarsi dan kawan-kawan hendak melakukan offside trap terhadap dua pemain lawan. Namun, mereka hanya digunakan sebagai pancingan. Long pass diarahkan secara vertikal ke sayap tempat Lino berada dalam posisi onside. Sorloth, yang awalnya menjadi pancingan, unggul momentum dan berada di depan, sehingga bisa menceploskan umpan Lino dengan relatif bebas.
Pelajaran Penting: Konsistensi adalah Kunci
Skor 4-4 yang dramatis ini menunjukkan problem Barcelona yang kerap kehilangan fokus dalam tempo singkat. Dengan kualitas on-possession yang bagus, akan sangat sulit mencapai konsistensi jika anak asuh Flick kerap kehilangan fokus.