Analisis Taktik Antonio Conte Bersama Napoli: Revolusi Baru di Serie A 2024/2025

Setelah terseok-seok di musim 2023/2024 dan hanya finis di posisi ke-10—padahal mereka adalah juara bertahan—Napoli membuat keputusan besar: mempercayakan tongkat kepelatihan kepada Antonio Conte. Keputusan ini ternyata tepat. Hanya dalam semusim, pelatih yang dikenal dengan intensitas dan kedisiplinan taktikal ini langsung membawa Napoli kembali ke puncak klasemen Serie A.
Kemenangan ini menjadi gelar keempat Napoli di kancah tertinggi Liga Italia, dan yang kedua dalam tiga tahun terakhir. Namun, yang membuat musim ini begitu menarik bukan hanya hasil akhirnya, melainkan bagaimana Napoli tampil dan bertransformasi di bawah tangan dingin Conte.
Formasi Baru, Filosofi Segar
Berbeda dengan pendekatan khasnya yang identik dengan formasi 3-5-2 dan peran penting wingback, Conte justru mengusung skema 4-3-3 di Napoli. Lebih dari 80% laga musim ini dimainkan dengan sistem ini. Ini menandai perubahan besar dalam pendekatan taktikal sang pelatih. Bukannya mengandalkan lebar lapangan, Conte justru sering sengaja mengosongkan sisi kiri, menciptakan overload di sisi kanan dan tengah lapangan.
Sebuah keputusan berani, tapi ternyata efektif.
Peran Kunci Para Pemain
Beberapa pemain kunci menjadi tulang punggung transformasi ini:
- Romelu Lukaku, striker andalan Conte di lini depan. Keahliannya sebagai ‘tembok’ membuat build-up direct Napoli sangat efektif.
- Scott McTominay, pemain yang sempat dibuang oleh Manchester United, justru bersinar terang dan bahkan dinobatkan sebagai MVP Serie A musim ini. Ia bermain fleksibel sebagai gelandang nomor 8 maupun 10.
- Stanislav Lobotka, Zambo Anguissa, dan Billy Gilmour berperan sebagai pengatur tempo di lini tengah.
Di belakang, Rahmani dan Di Lorenzo menjaga kedisiplinan lini pertahanan.
Taktik Menarik: Mengosongkan Sayap Kiri
Salah satu ide paling menarik yang dibawa Conte adalah pengosongan sayap kiri. Dalam fase build-up, winger kiri seperti Raspadori justru mendekat ke area tengah, menciptakan kelebihan pemain di area sentral. Fullback kiri seperti Spinazzola bahkan kadang bermain sebagai inverted fullback dan masuk ke area tengah, membuat shape Napoli tampak seperti 4-2-4 atau bahkan 3-2-5.
Hal ini menciptakan permainan vertikal yang tajam, dengan sirkulasi bola yang lebih cepat ke depan ketimbang melebar ke sayap.
Build-Up Direct dan Peran Lukaku
Salah satu kekuatan utama Napoli musim ini adalah kemampuan mereka melakukan build-up direct ke Lukaku. Bola dialirkan langsung dari lini tengah atau belakang ke striker asal Belgia ini, yang kemudian bisa menahan bola, mendistribusikan kembali ke gelandang yang menusuk, atau bahkan mencetak gol langsung.
Pada laga melawan Cagliari, Lukaku membuktikan kekuatannya dengan mencetak gol sambil berduel melawan dua bek sekaligus. Kombinasi ini sangat efektif melawan tim yang bertahan dalam.
Crossing dan Kombinasi di Kotak Penalti
Conte juga menerapkan central overload untuk memenuhi kotak penalti saat melakukan crossing. Pemain seperti Lukaku, McTominay, bahkan Anguissa ikut naik untuk menyambut umpan silang. Cutback, umpan datar, hingga crossing silang semuanya digunakan bergantian tergantung situasi.
Kreativitas juga terlihat dari Politano dan Spinazzola yang kerap menyisir sisi lapangan untuk menciptakan peluang tambahan. Walaupun tak semua peluang berbuah gol, strategi ini membuat Napoli menjadi salah satu tim paling berbahaya di dalam kotak penalti lawan.
Pertahanan Solid: Kunci Juara
Meski dikenal ofensif, Conte juga membangun Napoli dengan basis pertahanan kuat. Napoli musim ini hanya kebobolan 27 gol, menjadi tim dengan pertahanan terbaik di Serie A. Mereka juga sangat aktif melakukan pressing.
Ketika lawan menyerang lewat sayap, back Napoli naik melakukan pressing yang dibantu gelandang dan winger, menciptakan situasi unggul jumlah. Saat bola dialihkan ke sisi lain, pola ini diulang secara terorganisir.
Statistik memperlihatkan Napoli hanya berada di posisi lima dalam jumlah operan sukses saat build-up. Namun, gaya bermain vertikal mereka memang lebih mengandalkan efisiensi daripada estetika. Dan hasilnya? Efektif.
Pressing Agresif dan Transisi Cepat
Gelandang Napoli sangat aktif dalam melakukan pressing dan intersep. Hal ini juga ditopang oleh back seperti Rahmani yang cerdik membaca arah serangan lawan. Kombinasi ini membuat lawan-lawan Napoli kesulitan mengembangkan permainan.
Bahkan saat melawan Inter, Napoli mampu mengungguli penguasaan bola, yang merupakan bukti kekuatan kolektif tim dalam merebut bola dan menjaga momentum.
Kesimpulan: Conte dan Napoli, Kombinasi Juara
Napoli di bawah asuhan Antonio Conte bukan hanya sekadar bangkit, tapi menjelma menjadi kandidat juara yang menakutkan. Mereka bermain efektif, disiplin, dan efisien. Conte membuktikan bahwa ia bisa beradaptasi, meninggalkan pakem lamanya, dan menciptakan sistem baru yang sesuai dengan karakter pemainnya.
Dengan pertahanan yang kokoh, serangan yang vertikal, serta striker seperti Lukaku yang dimaksimalkan potensinya, Napoli kembali menjadi kekuatan yang disegani di Serie A.