Fakta Unik

Kursi Panas Pelatih Al Nassr Efek Domino Kedatangan Cristiano Ronaldo

Sejak megabintang Cristiano Ronaldo bergabung, Al Nassr tak hanya menjadi sorotan global, namun juga mengalami perubahan signifikan dalam dinamika tim, terutama di kursi pelatih. Tekanan besar untuk meraih gelar juara dan ekspektasi tinggi dalam waktu singkat menjadi tantangan utama bagi setiap pelatih Al Nassr.

Kehadiran Ronaldo di Liga Arab Saudi (Saudi Pro League) membawa atensi publik, baik lokal maupun internasional. Konsekuensinya, tanggung jawab pelatih menjadi lebih berat. Setiap hasil minor tim segera menjadi sorotan dan kritik tajam, menempatkan para juru taktik di bawah tekanan konstan.

Ambisi besar Al Nassr untuk mendominasi sepak bola Asia dan Timur Tengah membuat klub ini tak ragu mengambil keputusan ekstrem, termasuk memecat pelatih hanya dalam hitungan bulan jika performa tim tidak sesuai harapan. Sejak kedatangan Ronaldo, tercatat empat pelatih telah merasakan panasnya kursi kepelatihan dan tak mampu bertahan lama menangani Al Nassr. Siapa saja mereka?

Rudi Garcia: Korban Pertama Ambisi Al Nassr

Rudi Garcia, pelatih asal Prancis, menjadi juru taktik pertama yang harus meninggalkan Al Nassr setelah kedatangan Ronaldo. Ia dinilai gagal menjaga konsistensi performa tim di fase krusial musim 2022/2023. Salah satu titik terendah adalah saat Al Nassr ditahan imbang tanpa gol oleh Al Feiha. Situasi ruang ganti yang tidak stabil juga disebut memperburuk posisinya.

Garcia mencatatkan 18 kemenangan, lima hasil imbang, dan tiga kekalahan dalam 26 pertandingan. Tanpa satu pun trofi, ia dipecat pada April 2023. Konflik internal, termasuk dugaan perselisihan dengan Cristiano Ronaldo, menjadi salah satu pemicu berakhirnya kerja sama ini lebih cepat.

Dinko Jelicic: Penunjukan Sementara yang Tak Beri Solusi

Pasca pemecatan Garcia, Dinko Jelicic, pelatih tim junior, ditunjuk sebagai juru taktik sementara. Ia diberi tugas untuk menstabilkan tim utama hingga akhir musim. Namun, kontribusinya belum cukup signifikan. Al Nassr kembali gagal meraih gelar dan performa tim tetap inkonsisten.

Dalam delapan laga di bawah kepemimpinannya, Jelicic meraih empat kemenangan, dua kekalahan, dan dua hasil imbang. Ia juga gagal membawa tim ke final Piala Raja setelah kalah dari Al Wehda. Setelah musim berakhir, Al Nassr langsung mencari pelatih baru yang lebih berpengalaman, dan Jelicic pun dilepas.

Luis Castro: Awal Cerah, Akhir yang Tak Memuaskan

Luis Castro datang dengan rekam jejak mentereng di Amerika Selatan dan harapan besar dari manajemen Al Nassr. Ia diharapkan mampu menjadikan tim penantang serius di semua kompetisi. Ia sempat mempersembahkan Arab Club Champions Cup 2023 setelah mengalahkan Al Hilal.

Meski demikian, Castro gagal mempertahankan performa puncak tim. Awal musim keduanya yang buruk membuat posisinya goyah. Ia mencatatkan 36 kemenangan, sembilan hasil imbang, dan sembilan kekalahan dalam total 54 pertandingan. Meskipun membawa satu gelar, kegagalan di liga membuat manajemen tidak puas. Al Nassr secara resmi mengumumkan kepergiannya, mengucapkan terima kasih atas kerja kerasnya selama 14 bulan.

Stefano Pioli: Harapan Besar yang Tak Terwujud

Nama besar Stefano Pioli, yang pernah membawa AC Milan menjuarai Serie A, sempat membangkitkan optimisme tinggi di Al Nassr. Ia diharapkan membawa mentalitas juara ke dalam skuad. Namun, harapan itu tak sejalan dengan realita. Pioli hanya bertahan 280 hari sebelum akhirnya diberhentikan.

Dalam 44 pertandingan, Pioli membukukan 28 kemenangan, tujuh hasil seri, dan sembilan kekalahan. Sama seperti pendahulunya, ia gagal mempersembahkan gelar bagi Al Nassr. Pihak klub mengeluarkan pernyataan resmi yang mengumumkan kepergian Pioli dan stafnya, sembari mengucapkan terima kasih atas kerja keras mereka.

Fenomena “kursi panas” di Al Nassr menunjukkan tingginya ekspektasi dan tekanan yang menyertai klub sejak kedatangan Cristiano Ronaldo. Akankah pelatih berikutnya mampu memecahkan siklus ini dan membawa Al Nassr meraih kejayaan yang diimpikan?

Related Articles

Back to top button